Senin, 17 November 2008

sifat fisika tanah

. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tanah, air dan udara merupakan unsur utama yang sangat diperlukan dalam usaha pertanian. Pertambahan jumlah penduduk yang cepat menyebabkan lahan pertanian yang tersedia semakin berkurang, karena terpakai untuk keperluan lain. Untuk itu perlu dialihkan pada pemanfaatan lahan yang bermutu rendah atau lahan kritis. Dalam rangka meningkatkan hasil, maka lahan tersebut harus diperbaiki. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah perbaikan sifat fisika tanahnya (Aliusius, 1990)
Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan semakin terbatasnya lahan pertanian yang sesuai untuk usaha di bidang pertanian, maka penduduk memperluas lahan pertaniannya dengan membuka hutan di daerah lereng-lereng pegunungan.
Dilihat dari tingkat kesuburan tanahnya, Andisol mempunyai sifat fisik dan kimia tanah yang baik. Namun, didalam pemanfaatannya untuk lahan pertanian tanah ini memiliki beberapa kendala karena pada umumnya berkembang pada topografi yang bergelombang sampai bergunung dengan kelembaban tinggi, didukung pula oleh struktur tanah dalam taraf perkembangan, berat volume ringan, sehingga memudahkan tanah untuk tererosi yang mengakibatkan terjadinya perubahan beberapa sifat fisik tanah. Andisol juga memiliki sifat meretensi air yang tinggi dan bersifat irreversible driying, maka tanah harus selalu dalam keadaan lembab, sehingga tanah harus selalu tertutup vegetasi dalam usaha menjaga sifat-sifat fisik yang dimilikinya. (Santoso, 1986).
Sifat irreversible driying yang dimiliki tanah Andisol dapat mempengaruhi sifat fisiknya karena dengan pengeringan, alofan akan berubah dan membentuk senyawa berkristal yang akan mengkristalkan atau mensementasi partikel liat, debu dan pasir halus, sehingga meningkatkan agregasi tanah menjadi agregat lebih besar yang sulit untuk didispersi (Buringh, 1970 dalam Santoso, 1986)
Penyebab terjadinya kendala tersebut karena adanya tindakan perlakuan atau penglolaan tanah yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan sehingga akan sangat mendorong terjadinya perubahan beberapa sifat fisik tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002). Perubahan tersebut terjadi akibat adanya interaksi kerja antara factor-faktor yang mempengaruhinya yaitu iklim, topografi, vegetasi dan manusia (Seta, 1987), sehingga terjadi keragaman sifat fisik tanah dari satu tempat dengan tempat lain.
Andisol mempunyai sifat fisik yang baik berupa daya pengikatan air yang tinggi, jika ditutup vegetasi selalu jenuh air, sangat gembur tetapi mempunyai derajat ketahanan struktur yang tinggi sehingga mudah diolah (Darmawijaya, 1997). Sifat fisik Andisol ini turut menentukan pertumbuhan tanaman seperti struktur tanah yang gembur memudahkan perkembangan perakaran khususnya pada tanaman semusim, ketersediaan bahan organik yang tinggi sebagai zat makanan yang dibutuhkan tanaman.
Andisol baik dikembangkan untuk usaha pertanian mengingat sifat fisiknya yang baik dan cocok untuk daerah pertanian seperti hortikultura, dan perkebunan teh, walaupun demikian andisol memiliki kendala-kendala antara lain : (1) rawan terhadap erosi air hujan, karena berkembang di daerah bertopografi miring, (2) adanya sifat irreversible driying, (3) berat isinya yang ringan sehingga mudah terkena erosi baik erosi angin maupun air hujan, (4) adanya muatan bergantung pH dan (5) retensi fosfat yang cukup tinggi oleh alofan (Munir, 1996).
Sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Kerinci khususnya di daerah Kayu Aro adalah Andisol. Di Kabupaten Kerinci luas tanah ini mencapai 275.755 Ha atau 65,65% dari luas Kabupaten 420.000 Ha. Sedangkan dari tingkat kemiringan yang bervariasi, yaitu <2 sampai 40%, dimana dari luas seluruh wilayahnya sebagian besar memiliki kemiringan lereng 15-40% dan kemiringan >40% (Badan Pusat Statistik, 2006).
Penggunaan lahan di Kecamatan Kayu Aro terdiri dari hutan primer, hutan sekunder dan areal perkebunan. Penggunaan lahan sebagian besar untuk perkebunan cenderung dilakukan dilahan-lahan perbukitan, apabila pengolahan tanah yang tidak tepat tidak hanya akan menurunkan produktivitas, tetapi juga meningkatkan erosi yang pada gilirannya mengakibatkan lahan tidak produktif. Sehingga mengakibatkan degradasi lahan berjalan lebih cepat, karena hilangnya tanah lapisan atas (top soil) yang relatif kaya bahan organik dan unsur hara (Asdak, 1995)
Dari hasil pengamatan dilapangan masyarakat di Kecamatan Kayu Aro sering melakukan penanaman yang searah dengan lereng, sehingga pada keadaan demikian bahaya erosi sulit untuk dihindari, apalagi jika pengolahan dan penanaman yang sama secara terus menerus apalagi tanpa disertai teknik konservasi tanah dan air yang tepat, akan menyebabkan terganggunya sifat-sifat fisika tanah seperti tekstur, bahan organik tanah dan permeabilitas tanah.
Bertitik tolak dari permasalahan dan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “STUDI BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH ANDISOL PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN KAYU ARO KABUPATEN KERINCI”

1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari beberapa kondisi sifat fisika tanah Andisol pada penggunaan lahan hutan, kebun teh, kayu manis dan kebun campuran di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci.

1.3. Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi tentang beberapa sifat fisika Andisol pada penggunaan lahan kebun teh, hutan, kebun campuran dan kayu manis di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci.










II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Sifat dan Ciri Andisol
Andisol yang sebelumnya disebut Andosol (FAO, 1979) diacu dalam M. Arifin dan Sarwono, 1995) merupakan tanah pegunungan tinggi yang mempunyai ketebalan solum tanah agak tebal yaitu 100-225 cm, berwarna hitam, kelabu, sampai coklat (E. Sarief, 1986). Di Indonesia umumnya pada ketinggian lebih dari 100 m dpl, dengan bentuk wilayah datar sampai bergunung, terbentuk dibawah pengaruh iklim tropik basah (Subagyo, 1970 dan Sri 1978 diacu dalam Budi Santoso, 1986).
Andisol digolong ke dalam ordo Intrazonal karena bahan induk abu vulkanik lebih berpengaruh dari pada faktor-faktor pedogenik seperti iklim atau vegetasi (M.I Darmawidjaya, 1979). Sifat Andisol dicirikan sifat andik yakni sifat khas atau sebagai kriteria penentu bagi tanah-tanah yang dibentuik dari bahan induk vulkanik yang mengandung bahan amorf tinggi (Budi Santoso,1996)
Memahami sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu tanah, akan memudahkan pengelolaannya dan tanah Andisol di Indonesia merupakan lahan pertanian yang produktivitasnya tinggi, warna gelap sampai hitam dari lapisan atas yang tebal itu dianggap ciri-ciri morfologi yang paling nyata dan ini disebabkan oleh kandungan bahan organik yang tinggi (Hardjowigeno, 1993).
Andisol juga mempunyai porositas yang tinggi, permeabilitas yang tinggi, kemampuan memegang air tinggi dan berat isi tanah yang rendah pada kapasitas lapang. Salah satu sifat yang menonjol pada Andisol yaitu kemampuan menyerap air tak pulih kembali seperti semula apabila mengalami kekeringan (irreversible driying) dan memiliki kandungan bahan organik tinggi (Munir, 1996).
Menurut Patric (1971) diacu dalam Boestami (1986) pada pembentukan Andisol proses utama yang terjadi berup hidrolisis abu volkan yang menimbulkan warna kuning, coklat atau jingga, proses tersebut diduga disebabkan oleh alumino silikat amorf yang mengandung kalsium, magnesium, dan kalium yang dapat berubah menjadi alofan. Selain itu besi atau aluminium oksida juga akan terbentuk melalui hidrolisis yang teragihkan merata pada horizon A. Proses pembentukan lainnya berupa humafikasi parsial bahan organik dan pembentukan kompleks alofan dengan disertai Al dan Fe humus yang mantap.
Secara umum ciri-ciri tanah yang kaya alofan dan terbentuk dari gelas volkan telah diringkas oleh Wright (1964) diacu dalam Buol et al., (1980) sebagai berikut : (1) Biasanya profil tanah dalam/tebal, bagian teratas bersifat gembur, (2) terdapat komponen humik yang sangat gelap pada topsoil, relatif resisten terhadap dekomposisi mikroba, (3) berwarna coklat kekuningan pada sub soil, terasa berminyak bila dipirid diantara dua jari tangan, (4) mempunyai kerapatan sangat rendah, (5) kapasitas menahan air tinggi, (6) berstruktur agregat lemah, (7) hampir seluruhnya berkurang kelekatan atau plastisitasnya bila lembab; bila kering tekstur sukar untuk basah kembali (irreversible) dan dapat mengembang di permukaan air, dan (8) kapasitas tukar kation tinggi.
Santoso (1986) menambahkan sifat fisik Andisol yang sering disebut yaitu: berat jenis rendah (lebih rendah 0,8 g/cm3), porositas tinggi dan permeabilitas cepat, struktur yang karakteristik adalah agregat halus dengan konsisitensi yang dapat dikatakan lunak dan licin pada keadaan basah.
Notahadiprawira (1991), menyatakan Andisol terdiri dari abu volkan yang mempunyai horizon teratas yang tebal berwarna gelap, oleh karena itu abu volkan merupakan bahan yang ringan maka berat jenis berkisar antara 1,4-1,6 g.cm3.
Sifat-sifat umum Andisol dijelaskan oleh Darmawijaya (1997) adalah:
1. Ciri morfologi, horizon Al yang tebal berwarna kelam, coklat sampai hitam, sangat porous, sangat gembur, tak liat (non plastic), tak lekat (non sticy), struktur remah granuler, mengandung bahan organik 8-30% dengan pH 4,5-6, beralih tegas ke horizon B2 berwarna kuning sampai coklat, struktur gumpal dengan granulasi yang tak pulih dengan bahan organik antara 2-8%, atau lebih dengan horizon C terbentuk batang gipsit daya oksida Al atau Fe dengan bahan amorf terdiri atas plasma porous isotropic.
2. Sifat minerologi fraksi pasir dan pasir halus berupa gelas vilkanis dengan mineral ferromagnesium dan fraksi lempung sebagian besar berkembang dari allopan dan mengandung halosit.
3. Sifat fisika kimia, kejenuhan basa rendah, kadar P rendah karena terfiksasi kuat.
Menurut Subagjo (1975) Andisol dicirikan dengan sifat andik yaitu sifat khas yang terbentuk dari bahan vulkanik yang banyak mengandung bahan amorf (liat allopan), Santoso (1986) allopan mempunyai rumus kimia yaitu Al2O3SiO2nH2O.

2.2 Lahan dan Beberapa Tipe Penggunaan Lahan Pertanian
Lahan merupakan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi. Lahan merupakan salah satu faktor utama bagi berlangsungnya proses produksi pertanian. Sebagai faktor produksi yang langka, kebutuhan lahan semakin meningkat, baik untuk perumahan, usaha perkebunan, maupun untuk perkembangan perindustrian (Arsyad, 1989).
Sifat-sifat lahan berarti keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. Menurut Arsyad (1989) sifat-sifat lahan yang juga menentukan atau mempengaruhi perilaku lahan yaitu bagaimana ketersediaan air, peredaran udara, perkembangan akar, kepekaan erosi, ketersediaan hara, dan sebagainya.
Penggunaan lahan hutan sekunder yaitu hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada lahan yang telah mengalami gangguan, seperti lahan bekas perladangan berpindah atau untuk pertanian menetap, peternakan dan pertambangan. Sedangkan penggunaan lahan campuran adalah kawasan yang terdiri dari tanaman campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta tanaman semusim yang terletak disekitar rumah. Selain itu penggunaan lahan tanaman perkebunaan merupakan tanaman yang berumur panjang dimana pengaruhnya terhadap tanah dapat dianggap terletak diantara pengaruh hutan dan padang alang-alang.
Penggunaan lahan berpengaruh terhadap sifat fisika tanah, hal ini berhubungan dengan sumbangan bahan organik yang diberikan ketanah. Setiap penggunaan lahan memberikan sumbangan bahan organik yang berbeda-beda kedalam tanah kerena berhubungan dengan cara pengelolaannya.
Suwardjo (1986) diacu dalam Saidi dan Rostim (2003) menyatakan bahwa pada lahan hutan menimbulkan aliran permukaan dan erosi yang lebih kecil bila dibandingkan dengan lahan tegalan, begitu juga jika lahan hutan dijadikan lahan perkebunan seperti kebun karet, kelapa sawit dan lain-lain tidak menimbulkan masalah yang serius terhadap aliran permukaan dan erosi tetapi lain halnya jika dijadikan lahan tanaman semusim. Hal ini karena pada lahan tanaman semusim terjadi karena ada kegiatan berulang-ulang seperti penanaman, pengolahan tanah, pemiliharaan, penyiangan dan pemanenan sehingga lahan lebih lama terbuka terhadap pukulan butir hujan yang pada gilirannya erosi yang terjadi lebih besar.
Peranan vegetasi dalam menjaga sifat fisik tanah, menurut Asdak (1995) yaitu : (1) melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, (2) menurunkan aliran permukaan, (3) menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya, dan (4) mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air. Peranan yang terpenting dari setiap tanaman menurut Sarief (1998), melindungi tanah dari pukulan hujan secara langsung dengan jalan mematahkan energi kinetiknya melalui tajuk, ranting, batang dan daun tanaman yang jatuh kemudian membentuk humus.
Andisol cukup baik untuk dikembangkan untuk usaha pertanian, diantaranya untuk penggunaan lahan pada perkebunan teh, kentang dan kayu manis. Pada penggunaan lahan untuk perkebunan teh tajuk-tajuk perdunya menutupi permukaan tanah dengan baik. Perkembangan akar teh juga mampu memperbaiki struktur tanah sehingga tanahnya menjadi konduktif terhadap penyusupan air. Tajuk-tajuk ini berfungsi sebagai pelindung tanah dari erosi percikan (Darmawijaya, et al. 1989)
Arsyad (1989) menjelaskan, tinggi rendahnya tajuk dan kerapatan tajuk dari permukaan tanah dapat juga mempengaruhi energi butir-butir hujan yang jatuh kepermukaan tanah. Jika semakin rendah dan rapat tajuk maka semakin kecil energi hujan yang sampai dipermukaan tanah, sebaliknya jika tajuknya berada jauh diatas permukaan tanah butir-butir hujan yang terlepas dari tajuk kecepatannya meningkat kembali sehingga energi yang sampai dipermukaan tanah juga meningkat. Kemudian Asdak (1995) menambahkan bahwa struktur tajuk yang berlapis dapat menurunkan kecepatan terminal air hujan dan memperkecil tetesan air hujan yang jatuh.
Andisol juga banyak dimanfaatkan untuk tanaman kayu manis. Pertumbuhan dan kualitas kayu manis sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Tanaman kayu manis dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian hingga 200 M dpl tergantung pada jenisnya. Kayu manis memerlukan tanah lempung berpasir, debu berpasir, atau liat berpasir didukung pula oleh tanah yang banyak humus, remah dan kaya bahan organik dan berdrainase yang baik, kemasaman (pH) 5,00-6,5, kayu manis mempunyai sistem perakaran yang cukup dalam dan berdaya regenerasi yang tinggi (Rismunandar dan Paimin, 2001)
Pada penggunaan lahan untuk tanaman kentang, peran bahan organik yang terdapat pada tanah Andisol sangat penting. Menurut Ashari, S (1995) bahan organik selain meningkatkan struktur tanah menjadi lebih remah juga membantu proses pembentukan umbi. Selain itu bahan organik juga meningkatkan ketersediaan air tanah.
Dengan adanya vegetasi penutup lahan yang baik seperti rumput yang tebal dan hutan yang lebat dapat menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi, karena tanaman rapat dapat menghambat pengangkutan partikel tanah (Arsyad, 1983 ; Morgan, 1998 diacu dalam Rahim, 2000), kerapatan pohon juga sangat berpengaruh dalam menghambat air hujan yang jatuh dalam jumlah besar, dan jika populasi tanaman jarang akan menimbulkan erosi yang besar (Sarief, 1988).

2.3 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Fisik Andisol
Hardjowigeno (1985) menambahkan segera setelah tanaman dapat hidup di atas lapukan batuan maka mulailah proses pembentukan profil tanah. Setelah sisa-sisa tanaman ini bercampur dengan bagian mineral tanah akibat kegiatan organisme hidup, maka awal dari pembentukan lapisan-lapisan tanah terjadi, tanah lapisan atas ini menjadi warna lebih gelap dan terbentuk struktur tanah yang lebih stabil sebagai pengaruh dari bahan organik tersebut (disebut horizon A). demikian vegetasi yang ada pada suatu bentang lahan akan mempengaruhi kandungan bahan organik dan struktur tanah.
Buckman dan Brady (1982), Menyebutkan Bahan organik yang telah mengalami penguraian oleh jasad renik ini disebut humus. Agregat tanah berperan sebagai pembentuk butir (granular) dari butir-butir mineral, yang menyebabkan terjadinya keadaan gembur pada tanah-tanah produktif. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik yaitu mendorong meningkatnya daya menahan air tanah dan mempertinggi jumlah air yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan.
Vegetasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap beberapa sifat fisik dan kimia tanah. Pengaruh langsung terutama disebabkan oleh bahan organik dalam bentuk daun, batang dan ranting yang dikembalikan pada tanah serta akar yang berkembang dalam tanah itu sendiri. Pengaruh yang tidak langsung disebabkan oleh habitus dan vegetasi yang mempengaruhi banyak dan lamanya penyinaran matahari, jumlah serta intensitas hujan yang dapat mencapai tanah dan penghanyutan tanah (Satari, 1986)
Tanaman yang terdapat pada permukaan tanah akan mempengaruhi pula kecepatan berlangsungnya erosi dalam hal ini misalnya pada tanah-tanah yang gundul biasanya berlangsung erosi yang hebat. Pada bentang lahan yang memiliki vegetasi lebat seperti hutan maka erosi dari hujan pada tanah dapat terhindari. Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (1991) vegetasi berperan menentukan dalam proses berlangsungnya erosi, jelasnya peranan tersebut, yaitu : (1) menghalangi tumbukan langsung butir-butir hujan, dengan demikian perusakan tanah permukaan oleh tumbukan air hujan dapat dicegah, (2) mengurangi kecepatan run off (aliran permukaan), (3) mengurangi daya penggerusan/pengikisan tanah oleh aliran permukaan, (4) mendorong perkembangan biota tanah yang dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, (5) menambah bahan organik tanah dengan demikian maka resistensi tanah terhadap erosi menjadi bertambah.
Darmawijaya (1997) menyatakan vegetasi mempengaruhi pembentukan tanah melalui (1) akar-akarnya yang menyusup kedalam retakan-retakan batuan dan mengeluarkan exkret tertentu, dan (2) bahan organik yang mempercepat proses pembentukan tanah secara kimia organik. Pengaruh vegetasi ini terhadap tanah tampak sekali pada sifat-sifat tanah antara lain pH, kandungan bahan organik, dan struktur tanah. Pada bentang lahan yang bervegetasi rumput terdapat pengaruh tanah berupa (1) struktur tanah remah, (2) kadar humus tinggi, (3) solum tanah dalam. Menurut Darusman dan Karim (1998) perbedaan jenis vegetasi berpengaruh terhadap pola lateral karakteristik tanah lapisan atas.
Menurut Buckman dan Brady (1982) penambahan bahan organik pada tanah dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya simpan air tanah dan kemantapan agregat. Sarief (1989), menambahkan bahwa struktur tanah penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara tidak langsung berupa perbaikan perbedaan air, udara, panas, aktivitas jasad hidup, ketersediaan unsur hara bagi tanaman, perombakan bahan organik, dan mudah tidaknya akar dapat menembus tanah lebih dalam. Tanah berstruktur baik membantu berfungsi faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal, sementara tanah berstruktur jelek menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Struktur tanah dikatakan baik bila penyebaran ruang pori-pori cukup, yaitu terdapat ruang pori di dalam dan diantara agregat yang dapat diisi air dan udara serta mantap keadaannya. Agregat tanah yang mantap tidak mudah hancur oleh adanya gaya dari luar seperti pukulan butir air hujan.
Gelser ¬diacu dalam Baver et al.,(1972) menyatakan bahwa pembentukan humus aktif dan agregat yang mantap adalah merupakan awal akibat dari aktivitas bakteri didaerah perakaran pada saat tanaman tumbuh dalam memanfaatkan sekresi perakaran dimana akar rambut bersama dengan sekresi organik dan anorganik perakaran akan menyediakan energi untuk aktivitas mikrobia. Bila akar tanaman mati dan membusuk maka akar tersebut dapat pula berfungsi sebagai bahan pemantap struktur tanah dan meningkatkan porositas tanah.
Hasil penelitian Sanches (1976) menunjukkan bahwa perubahan hutan menjadi lahan pertanian dengan pengolahan tanah yang intensif dapat menurunkan total ruang pori dari 52 jadi 43 % dengan pengolahan tanah selama 3 tahun dan dapat meningkatkan BV tanah.
Pada kawasan hutan yang tidak terusik, mampu mengembangkan suatu sistem tertutup yang dapat melestarikan kesuburan hakiki tanah pendukungnya. Terpiliharanya strata tajuk dikawasan ini, memungkinkan terbangunnya suatu daur hara tertutup yang mampu menambah kebutuhan hara tanaman hutan (Poerwowidodo, 1991)
Menurut Dechaufour (1982), tanah Andisol umumnya bervegetasi hutan tropik yang menghasilkan serasah sebagai bahan organik yang dapat dilapuk secara tepat.
Menurut Darmawijaya (1997) bahwa tanaman perkebunan merupakan tanaman berumur panjang dimana pengaruhnya terhadap tanah dapat dianggap terletak diantara pengaruh hutan, padang rumput, alang-alang dan tegal pertanian kering.
Kartasapoetra (1989) mengatakan sebagai tanaman perkebunan, kulit manis juga dapat berperan sebagai tanaman reboisasi dan penghijauan yang komersial, tanaman ini dapat mencegah atau menghambat berlangsungnya pengikisan dan penghanyutan tanah oleh aliran air permukaan, karena itu sering ditanam pada daerah berlereng yang dapat mempertahankan kesuburan tanah.







III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilapangan dilakukan di desa Kebun Baru dan desa Sungai Lintang Kabupaten Kerinci (Peta terlampir). Kemudian dilanjutkan dengan analisis tanah di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Januari sampai bulan April 2008, yang terdiri dari dua tahap yaitu di lapangan dan di laboratorium.

3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah terganggu dan tanah utuh dari masing-masing sampel dari setiap penggunaan lahan, yang kemudian dianalisis di laboratorium.
Alat-alat yang digunakan meliputi abney level, ring sampel, bor tanah, meteran, cangkul, pisau, kantong plastik, triplek, karet gelang, perlengkapan alat tulis, seperangkat alat laboratorium yang digunakan untuk analisis tanah di laboraturium.

3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan metode survey dengan pendekatan penggunaan lahan yang berbeda yaitu penggunaan lahan hutan sekunder, kebun teh, kayu manis dan kebun campuran. Penetapan lokasi pengambilan sampel tanah didasarkan pada metode Purposive Random Sampling.
Tipe penggunaan lahan yang diteliti adalah kebun teh (5.722,8 ha), kebun campuran (2.441,4 ha), hutan sekunder (8.666,7 ha) dan kayu manis (4.832,7 ha).
3.3.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum penelitian meliputi pengumpulan dan mempelajari data-data atau informasi-informasi tentang lokasi penelitian seperti : peta administrasi (Lampiran 1), peta topografi (Lampiran 2), peta kelas lereng (Lampiran 3), peta penggunaan lahan (Lampiran 4), dan peta jenis tanah (Lampiran 5) dengan skala 1 : 180.000 serta data-data lain yang menunjang.
Peta kerja (Lampiran 6) dibuat berdasarkan hasil overley (tumpang tindih) antara peta penggunaan lahan dengan peta jenis tanah. Sumber peta berasal dari Lab Survey Tanah dan Evaluasi Lahan Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Penetapan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan peta kerja yang diperoleh, persiapan penelitian dilanjutkan dengan pengamatan keadaan umum lokasi penelitian dan penentuan lokasi.

3.3.2 Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan dimaksudkan untuk melihat gambaran umum lokasi penelitian. Selanjutnya berdasarkan hasil survey pendahuluan dengan melakukan penjelajahan maka ditetapkan lokasi pengambilan sampel pada tiap-tiap penggunaan lahan yang telah ditetapkan pada persiapan survey.

3.3.3 Penelitian Lapangan
Lokasi penelitian yaitu penggunaan lahan kebun teh, hutan sekunder, kebun campuran, dan kayu manis melalui survey pendahuluan. Tanah yang akan diamati ditentukan berdasarkan peta jenis tanah dengan skala 1: 180.000, kemudian dilakukan pengeboran di beberapa tempat pada lokasi yang di dapatkan melalui survey pendahuluan dan hasil pemboran disesuaikan dengan sifat ciri Andisol. Kemudian dilakukan pengambilan sampel tanah utuh dengan menggunakan ring sampel, pengambilan tanah terganggu dengan menggunakan cangkul pada kedalaman 0 – 30 cm da. Tempat pengambilan sampel tanah diambil ditengah lereng pada kemiringan 15-25% dan sampel tanah diambil pada kelerengan 15%, pada luas lahan kebun teh (80 ha), kebun campuran (30 ha), hutan sekunder (70 ha) dan kayu manis (20 ha).
Pengambilan sampel tanah utuh dengan kedalaman 0-30 cm tanah terganggu pada penggunaan lahan kebun teh, hutan sekunder, kebun campuran dan kayu manis dan diambil pada 4 tempat, sehingga jumlah masing-masing sampel tanah utuh dan terganggu setiap penggunaan lahan yaitu 4 sampel, jadi jumlah sampel tanah semuanya yaitu 48 sampel. Tanah terganggu diambil sebanyak 1,5 – 2 kg dengan menggunakan cangkul, dan kemudian diambil secara komposit.

3.4 Analisis Tanah di Laboratorium
Dalam penelitian ini parameter yang diukur meliputi analisis
3.4.1 Tekstur Tanah
Dalam menentukan tekstur tanah dilihat perbandingan antara pasir, debu dan liat yang terkandung didalam tanah dengan menggunakan metode ayakan dan pipet berdasarkan hokum Stokes dan penamaannya menggunakan segitiga tekstur yang dikeluarkan oleh USDA (1975).


3.4.2 Kadar bahan organik
Untuk mengukur kadar bahan organik tanah (% BO) dihitung dengan menggunakan data C-Organik tanah yang diukur dengan menggunakan metode pengabuan kering/furnace, rumus perhitungannya adalah:
%
X = Berat tanah kering

3.4.3 Berat Volume (BV)
Penetapan berat volume tanah untuk setiap sampel tanah digunakan metode gravimetri

3.4.4 Total Ruang Pori (TRP)
Total ruang pori adalah volume seluruh pori tanah mikro dan makro dalam suatu volume tanah utuh. Penetapan total ruang pori dihitung berdasarkan pada penetapan bobot volume (BV) dan berat jenis partikel tanah yang telah dihitung sebelumnya, penetapan yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode Gravimetri yang menggunakan rumus:
Untuk kandungan bahan organik >1%

3.4.5 Permeabilitas Tanah
Permeabilitas (K) tanah diperoleh berdasarkan dengan hukum Darcy sebagai berikut :

Q = Volume air yang mengalir pada setiap pengukuran (ml)
L = Tinggi ring (cm)
h = Tinggi air dari permukaan ring (cm)
t = Waktu (jam)
A = Luas permukaan tanah
K = Permeabilitas tanah (cm/jam)

¬3.4.6 Agregat Tanah
- Agregat Tanah Terbentuk (% agregat)
Untuk mencari persentase agregat terbentuk menggunakan metode pengayakan kering > 2mm
Persentase agregat dihitung menggunakan rumus :
% Agregat = 100% - % agregat dengan diameter < 2mm
- Kemantapan Agregat Tanah
Kemantapan agregat tanah menggunakan metode tetes (Valensky).

3.4.7 Kadar Air Tanah
Kadar air tanah ditetapkan dengan menimbang contoh tanah dalam keadaan basah (berat basah) yang kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050 selama 48 jam, setelah itu contoh tanah ditimbang kembali (berat kering). Kadar air tanah dalam persen berat dihitung dengan menggunakan rumus:

¬3.4.8 Struktur Tanah
Struktur tanah ditentukan secara kualitatif dengan pengamatan langsung di lapangan yaitu dengan mengambil segumpal tanah (dalam keadaan lembab) sekitar 30 cm3, kemudian dipecahkan dengan cara menekan dengan jari. Dari pecahan tanah tersebut ditentukan bentuk dan ukuran dengan kriteria yang ada.

3.5 Pengolahan Data
Untuk mengetahui perbedaan beberapa sifat fisik tanah Andisol pada penggunaan lahan kebun teh, hutan sekunder, kebun campuran dan kayu manis dilakukan uji-t tidak berpasangan pada taraf 5% (Stell dan Torrie, 1980).














IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bahan Organik, Berat Volume dan Total Ruang Pori Tanah
Hasil Analisis bahan organik, berat volume dan total ruang pori tanah Andisol pada penggunaan lahan hutan, kebun teh, kayu manis dan kebun campuran di sajikan pada Tabel 1 (perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 15 a dan 17 b).
Tabel 1. Rata-Rata Kadar Bahan Organik Berat Volume dan Total Ruang Pori Tanah pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis dan Kebun campuran.
Penggunaan Lahan Bahan organik (%) Berat Volume (g/cm3) Total Ruang Pori (%)
0 – 30 cm
Hutan
11,8618 a
0,6511 a
67,9024 a
Kebun teh 10,3906 a 0,7412 a 60,0260 a
Kayu Manis 9,3982 b 0,8527 b 58,0654 a
Kebun campuran 8,7585 b 0,6848 a 64,3485 a
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji t – tidak berpasangan.


Tabel 1 memperlihatkan, pada kedalaman 0 – 30 cm kadar bahan organik tanah pada penggunaan lahan hutan berbeda nyata dengan kayu manis dan kebun campuran. Hal ini disebabkan pada lahan hutan mempunyai vegetasi yang rapat dengan berbagai jenis tumbuhan dengan pertumbuhannya yang baik berasal dari pertumbuhan akar yang baik pula, akar yang telah mati dan membusuk didalam tanah merupakan salah satu sumbangan bahan organik. Islami dan Utomo (1995), menyatakan bahwa perakaran tanaman yang mati merupakan makanan bagi mikroorganisme tanah yang selanjutnya hasil dekomposisi itu akan menambah bahan organik tanah. Hal ini didukung Buckman dan Brady (1979), bahwa dengan adanya bahan organik yang merupakan sumber energi yang mudah tersedia di dalam tanah menyebabkan perkembangan mikroorganisme tanah berlangsung cepat.
Tidak berbedanya kandungan bahan organik tanah dari penggunaan lahan kayu manis dan kebun campuran (0 – 30 cm) disebabkan bahan organik yang disumbangkan paling sedikit dan bahan organik tersebut lebih cepat terombak akibat dari pengolahan tanah. Sutedjo dan Kartasapoetra (2002), menyatakan bahwa pengolahan tanah dapat menyebabkan penurunan kadar bahan organik tanah, dan pengolahan tanah tersebut cenderung menimbulkan kerusakan pada tanah dan intensitas tergantung pada sistem pelaksanaan.
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai berat volume pada penggunaan lahan hutan berbeda nyata dengan kayu manis hal ini disebabkan pada hutan mempunyai vegetasi dan tajuk tanaman yang lebih banyak yang mampu menutupi permukaan tanah secara menyeluruh sehingga daya rusak butir hujan yang jatuh kepermukaan tanah secara langsung dapat diminimalisir, selain itu hutan juga mempunyai kadar bahan organik tertinggi dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya, bahan organik ini berasal dari akar yang mati dan kemudian membusuk. Bahan organik yang disumbangkan ke tanah menyebabkan agregasi menjadi baik. Hal ini didukung dengan pendapat Liwang (1995), bahwa bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroorganisme dalam menjalankan aktivitasnya sehingga tanah menjadi gembur dan semakin menurun nilai berat volume tanah.
Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa penggunaan lahan kayu manis (0 – 30 cm) memiliki nilai berat volume tertinggi dibandingkan dengan hutan, kebun teh dan kayu manis. Tingginya berat volume tanah pada kayu manis diduga bahan organik tanahnya lebih rendah. Seta (1987), menambahkan bahwa tanah yang mengandung bahan organik rendah akan menjadi padat dan berat volume tanahnya akan meningkat.
Tanah yang mengandung bahan organik, mempunyai lapisan humus yang tebal. Tanah seperti ini mempunyai sifat yang baik, mempunyai kemampuan menghisap air sampai beberapa kali berat keringnya. Berat volume tanah juga dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang berhubungan dengan pemadatan tanah. Sedangkan kepadatan tanah berkaitan erat dengan perbandingan fraksi yang menyusun tekstur tanah tersebut.
Secara angka, penggunaan lahan hutan total ruang porinya lebih tinggi dari pada kayu manis, hal ini disebabkan kandungan liat pada hutan yang tinggi. Dengan tingginya kandungan liat dalam tanah maka pada tanah tersebut lebih banyak pori mikro dibandingkan pori makro, sehingga menghambat gerakan udara dan air di dalam tanah yang mengakibatkan total ruang pori menjadi rendah dan berat volume tanah tersebut menjadi tinggi.

4.2 Permeabilitas Tanah dan Kadar Air Lapang
Hasil analisis permebilitas tanah dan kadar air lapang pada penggunaan lahan hutan, kebun teh, kayu manis dan kebun campuran dapat dilihat pada Tabel 3 (perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 18 a sampai 19 b) berikut.




Tabel 2. Rata-Rata Permeabilitas Tanah dan Kadar Air Lapang pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis dan Kebun campuran
Penggunaan Lahan Permeabilitas (cm/jam) Kadar Air Lapang (%)
0 – 30 cm 0 – 30 cm
Hutan 13,7959 a 33,4275 a
Kebun teh 10,4751 b 27,7887 a
Kayu manis 5,8089 c 24,0245 a
Kebun campuran 13,0447 a 31,1267 a
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji t – tidak berpasangan.

Permeabilitas tanah pada penggunaan lahan hutan berbeda nyata dengan lahan kebun teh dan kayu manis, tetapi tidak berbeda nyata dengan kebun campuran.
Hasil yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan, nilai permeabilitas menurun dari penggunaan lahan hutan, kebun campuran, kebun teh, ke kayu manis. Tingginya permebilitas pada lahan hutan karena tingginya kadar bahan organik, sehingga berat volume tanah menjadi rendah dan tanah menjadi longgar oleh karena itu akan memudahkan tanah untuk meloloskan air sebab didukung total ruang pori tanah yang tinggi.
Selain itu, tingginya nilai permeabilitas pada hutan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh berat volume dan total ruang pori tanah (Tabel 1). Seperti diketahui, bentuk tajuk pada hutan yang lebat dapat melindungi permukaan tanah dari daya perusak butir hujan sehingga penghancuran agregat tanah dapat diminimalisir. Kondisi ini dapat menyebabkan total ruang pori tanah yang terbentuk lebih banyak dan berat volume tanah lebih rendah sehingga laju pergerakan air di dalam tanah (permeabilitas tanah) pada penggunaan lahan hutan meningkat. Pada penggunaan lahan hutan memiliki total ruang pori lebih besar dan berat volume lebih kecil dibandingkan dengan kebun teh, kayu manis dan kebun campuran, sehingga memudahkan pergerakan udara dan air. Hal ini didukung oleh Foth dan Turk (1991), bahwa pada permeabilitas yang tinggi dan agregat tanah yang mantap akan memudahkan pergerakan udara dan air serta memudahkan pergerakan udara dan air.
Tabel 2 juga terlihat bahwa permeabilitas tanah pada penggunaan lahan kebun campuran lebih tinggi dibandingkan dengan kebun teh dan kayu manis. Hal ini dikarenakan pada penggunaan lahan kebun campuran sering dilakukan pengolahan tanah secara terus menerus sehingga tanah menjadi lebih gembur, dan tanah menjadi poros.
Pada Tabel 2 menunjukkan kadar air lapang pada lahan hutan tidak berbeda nyata dengan kebun teh, kayu manis dan kebun campuran. Hal ini disebabkan pada hutan terdapat kandungan bahan organik yang tinggi seperti diketahui bahwa bahan organik mempunyai daya serap dan memegang air yang tinggi. Sarief (1989) menjelaskan bahwa tanah yang mengandung bahan organik yang tinggi mempunyai kemampuan menghisap air sampai 2-3 kali beratnya. Ditambahkan oleh Arsyad (1989) bahwa tanah berstruktur remah akan lebih terbuka dan sarang, sehingga akar menyerap air akan lebih besar.
Selain itu, tingginya kandungan air pada penggunaan lahan hutan diduga karena penutupan tajuk lebih rapat dengan penggunaan lahan lainnya. Oleh karena itu, tajuk-tajuk pada hutan lebih besar atau lebih rapat sehingga dapat mempertahankan kelembaban tanah dari pengaruh langsung sinar matahari, akibatnya kehilangan air tanah (penguapan) berkurang. Sejalan dengan pendapat Soepardi (1983) yang menerangkan bahwa banyaknya air yang hilang melalui penguapan dan transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah perbandingan antara luas tutupan tanah terhadap luas tanah, semakin luas tanah yang tertutup oleh vegetasi maka semakin kecil penguapan yang terjadi.
Pada Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa kadar air lapang pada lahan kayu manis lebih rendah dibanding hutan, kebun teh dan kebun campuran. Rendahnya kadar air lapang pada kayu manis diduga bahan organik yang disumbangkan oleh kayu manis kedalam tanah lebih rendah karena serasah yang dihasilkan tanaman kayu manis lebih sedikit.

4.3 Agregat Tanah dan Struktur Tanah
Hasil analisis agregat tanah dan struktur tanah pada penggunaan lahan hutan, kebun teh, kayu manis dan kebun campuran dapat dilihat pada Tabel 3 (perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 20 a sampai 20 b) berikut.
Tabel 3. Rata-Rata Agregat Tanah dan Strutur Tanah Lapang pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis dan Kebun campuran
Penggunaan Lahan Agregat Tanah (%) Struktur Tanah
0 – 30 cm
Hutan
91,1993 a
Remah halus
Kebun teh 82,0373 a Remah halus
Kayu Manis 73,1273 a Remah halus
Kebun campuran 63,5780 b Remah halus
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji t – tidak berpasangan.

Tabel 3 memperlihatkan, Agregat pada penggunaan lahan hutan berbeda nyata dengan kebun campuran, tetapi tidak berbeda dengan kebun teh dan kayu manis. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, bahan organik menjadikan tanah semakin gembur, mendorong aktivitas mikroorganisme dalam tanah sehingga mempercepat terbentuknya agregat tanah yang lebih baik. Bahan organik sangat berperan dalam proses pembentukan agregat tanah, bahan organik yang mengalami proses dekomposisi akan menghasilkan senyawa-senyawa organik seperti asam-asam organik dan humus dapat merekat butir-butir fraksi penyusun tanah menjadi kesatuan agregat yang utuh. Sarief (1989) menambahkan bahwa peranan bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah menaikkan kemantapan agregat tanah, memperbaiki struktur tanah dan menaikkan daya tahan air tanah serta dapat meningkatkan laju infiltrasi tanah.
Pada Tabel 3, juga memperlihatkan bahwa rata-rata agregat terbentuk pada penggunaan lahan kebun campuran lebih rendah dibandingkan dengan hutan, kebun teh dan kayu manis, hal ini disebabkan perbedaan kandungan bahan organik tanah dan juga pada penggunaan lahan kebun campuran sering dilakukan pengolahan tanah sehingga tanah menjadi gembur dan makin mudah melewatkan air. Hal ini juga disebabkan bahwa penggunaan lahan pada kebun campuran sangat dipengaruhi oleh campur tangan manusia dalam bentuk tindak budidaya, seperti pembersih lahan.
Tekanan mekanis akibat injakan kaki serta penetrasi alat-alat pengolah tanah seperti cangkul dapat merusak agregat tanah yang telah terbentuk, sehingga agregat tanah lebih sering mengalami kehancuran dan dalam proses pembentukannya kembali kurang sempurna. Karena itu kemantapan agregat tanah pada penggunaan lahan kebun campuran lebih rendah jika dibandingkan dengan kemantapan agregat pada penggunaan lahan hutan, dimana pada hutan jarang sekali terjadi gaya perusak akibat daya mekanis. Hal ini sesuai menurut pendapat Utomo (1985), bahwa kemantapan agregat tanah tidak akan stabil karena adanya gaya perusak yang berasal dari gaya-gaya mekanis seperti beban, pengolahan dan lain-lain. Karena agregat tanah yang sudah terbentuk akan rusak akibat gaya mekanis tersebut dan dalam proses pembentukannya kembali kurang sempurna.
Selain bahan organik dan tekanan mekanis serta tumbukan air hujan, perbedaan agregat tanah antara penggunaan lahan hutan dan kebun campuran juga diakibatkan oleh penutupan tanah oleh tajuk dari penggunaan lahan tersebut.
Penutupan permukaan tanah oleh tajuk pada penggunaan lahan kebun campuran tidak serapat penutupan oleh tajuk pada penggunaan lahan hutan. Akibatnya pengaruh merusak dari tumbukan butir hujan terhadap agregat tanah pada penggunaan lahan kebun campuran menjadi lebih besar. Hutan memiliki pohon-pohon yang rapat dan tajuk yang lebar dan rapat serta jalinan cabang yang menjalar di permukaan tanah yang dapat melindungi agregat tanah dari kehancuran akibat pengaruh tumbukan air hujan. Sesuai pendapat Utomo (1985), bahwa pukulan air hujan, daya urai air dan lain-lainnya merupakan gaya perusak air yang dapat menghancurkan agregat tanah.
Tabel 3 menunjukkan bahwa struktur tanah pada penggunaan lahan hutan, kebun teh, kayu manis dan kebun campuran tidak memiliki struktur yang berbeda. Hal ini diduga erat hubungannya dengan tekstur, yaitu kandungan liat yang dimiliki keempat penggunaan lahan tersebut.
Struktur tanah merupakan penyusunan partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat) yang membentuk agregat-agregat tanah yang satu dengan agregat lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah (Hakim. Dkk, 1986). Struktur tanah penting bagi tanaman karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan secara tidak langsung mempengaruhi tata air dan udara tanah (permeabilitas tanah) dan temperatur tanah (Sarief, 1988).
4.5 Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah ukuran dan proporsi kelompok ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah yaitu liat, debu dan pasir (Foth,1994).
Hasil analisis tekstur tanah pada penggunaan lahan hutan, kebun teh, kayu manis dan kebun campuran dapat dilihat pada Tabel 3 (perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 21 a sampai 23 b) berikut.
Tabel 4. Perbandingan Fraksi Pasir, Debu dan Liat Serta Kelas Tekstur Tanah pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis dan Kebun campuran
Penggunaan Lahan Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Kelas Tekstur
0 – 30 cm
Hutan
39,1383 a
38,6585 a
22,2033 a
Lempung
Kebun teh 58,9337 b 29,6873 a 11,3790 b Lempung Berdebu
Kayu Manis 47,9985 b 42,0325 a 9,9700 b Lempung
Kebun campuran 51,3172 b 38,0483 a 10,6346 b Lempung
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji t – tidak berpasangan.

Berdasarkan hasil uji-t tidak berpasangan menunjukkan bahwa persentase fraksi pasir pada penggunaan lahan hutan berbeda nyata dengan kebun teh, kayu manis, dan kebun campuran. Sementara itu fraksi debu pada penggunaan lahan hutan tidak berbeda nyata dengan kebun teh, kayu manis dan kebun campuran. Selanjutnya fraksi liat pada penggunaaan lahan hutan berbeda nyata dengan kebun teh, kayu manis dan kebun campuran.
Dari Tabel 4 memperlihatkan, fraksi pasir pada penggunaan lahan kebun teh lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan lahan hutan, kayu manis dan kebun campuran. Hal ini diduga akibat dari pertumbuhan kebun teh yang rapat sehingga pengangkutan partikel tanah atau erosi dapat dikurangi, Kemudian Arsyad (1983), menyatakan bahwa dengan adanya vegetasi penutup lahan yang baik seperti rumput yang tebal dan hutan yang lebat dapat menghilangkan pengaruh hujan dan tofografi terhadap erosi, karena tanaman yang rapat dapat menghambat pengangkutan partikel tanah.
Tingginya fraksi liat pada hutan kedalaman 0 – 30 cm diduga pada hutan terjadi proses pelapukan tanah yang cepat karena faktor iklim sangat mendukung dalam proses pelapukan tanah, dan juga pada hutan bahan organiknya tinggi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hakim, dkk (1986) bahwa faktor iklim yang mempengaruhi proses pelapukan tanah dan pembentukan liat yaitu temperatur rata-rata tinggi dan curah hujan yang tinggi cenderung mempercepat proses pelapukan dan pembentukan liat dan juga adanya peningkatan curah hujan umumnya akan meningkatkan bahan organik tanah.
Tingginya fraksi pasir pada lahan kebun campuran dengan kedalaman 0 – 30 cm, diduga pada kebun campuran sering dilakukan pengolahan tanah, populasi tanaman lebih jarang dan tanah lebih sering terbuka, sehingga energi kinetik butir hujan langsung mengenai permukaan tanah. Hal ini dapat merubah struktur tanah, sehingga batu-batuan menjadi hancur dan berubah bentuk menjadi partikel kecil yaitu pasir. Dijelaskan oleh Hakim dkk (1986), menambahkan bahwa butir-butir hujan dapat merusak permukaan batu-batuan sedangkan air yang bergerak dipermukaan tanah akan mengangkut partikel-partikel tanah dan juga batu-batuan yang sudah lapuk.
Tabel 4 terlihat bahwa jumlah fraksi pasir lebih tinggi dibandingkan fraksi debu dan liat pada keempat penggunaan lahan, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kandungan bahan induk yaitu abu volkan yang banyak mengandung kuarsa disamping adanya mineral-mineral lain seperti Fe dan Mg.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Sifat fisika Andisol pada penggunaan lahan hutan lebih baik dari kebun teh, kayu manis dan kebun campuran.
2. Sifat físika Andisol pada penggunaan lahan kebun teh lebih baik dibandingkan dengan penggunaan lahan kebun campuran dan kayu manis, dan sifat fisik kebun campuran lebih baik dari kayu manis hal ini dapat dilihat dari BV, TRP, agregat tanah, permeabilitas dan kadar air tanah.

5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian sifat fisika Andisol yang dikemukakan diatas, maka pada lahan yang dikelola baik untuk kebun teh, kayu manis dan kebun campuran khususnya di Desa Kebun Baru dan Sungai Lintang perlu adanya usaha-usaha yang dilakukan seperti pengolahan tanah yang sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan air, hal ini dilakukan agar produktivitas tanah tetap terjaga dan tidak akan terjadi kerusakan terhadap sifat fisika tanah.








DAFTAR PUSTAKA


Aliusius, Djohan. 1990. Fisika Tanah. Dasar-dasar dan Ilmu terapan. Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.

Arsyad. 1983. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB.

--------. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB press. Bogor

Asdak, C, 1995. Hidrologi Dan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2006. Kerinci Dalam Angka 2006. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci. Jambi.

Baver, L.D. 1972. Soil Physics. Fourth Edition. Jhon Wiilley and Sons, Inc. New York, Chicester, Bribane, Toronto, Singapore, 498 pp.

Boestami. M,1986. Deret Katener Tanah Asal bahan Volkan Holisin di Daerah Kalikonto Pujon (Malang) Jawa Timur. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana UGM Yogyakarta.

Buckman, H.O dan N.C. Brady.1982. The Nature and Properties of Soil. Diterjemahkan oleh Soegiman. Ilmu Tanah. Bharatara Karya Aksara. Jakarta.

Budi Santoso. 1986. Sifat dan Ciri Andisol. Universitas Brawijaya Fakultas Pertanian Jurusan Tanah. Malang – Indonesia.

Buol. S.W, F.D. Hole and R.J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The Lowa University Press.

Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia Gadjah Mada University Press. Jogyakarta.


Duchaufour, P. 1982. Pedologi. Pedogenesis and Classification. George Allen and Unwin. Landon


Foth. H.D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. (Fundamentals of Soil Science) diterjemahkan oleh Endang Dwi Purbayanti dkk. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hadipoernomo. 1986. Kehadiran Hutan dalam Daerah Aliran Sungai. Majalah Duta Rimba No. 77-78/XII/1986. Majalah Bulanan Perum Perhutani.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. R. Saul., M. A. Diha., dan G. B. Hong. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hardjowigeno, S. 1985. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Fakultas Pasca Sarjana IPB, Bogor.

-----------------------1993. Klasifikasi Tanah-Survai Tanah dan Evaluasi Kemampuan Lahan. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor

Kartasapoetra, A. G. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian Dalam Usaha Untuk Merehabilitasinya. Penerbit Bina Aksara Jakarta.

Liwang, T. 1995. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah dan Dosis Pupuk Kandang terhadap Kondisi Lahan Siap Tanam pada Tanah Regosol. dalam Prosiding Seminar Nasional V. Budidaya Pertaniandan Olah Tanah Konservasi. Bandar lampung. Hal : 52 – 57.

M. Arifin dan Sarwono Hardjowigeno. 1995. Pedogenesis Andisols Berbahan Abu VulkanikAndesit dan Basalts pada Beberapa Zona Agroklimat di Daerah Perkebunan Teh Jawa Barat. Prosiding Kongres Nasional VI HITI. Jakarta 12-15 Desember 1995.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Malang.

Poerwowidodo, 1991. Gatra Tanah dalam Pembangunan Hutan Tanaman di Indonesia. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta

Rahim, S. E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta.

Rismunandar dan F.B. Paimin. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sanchez, P. A. 1976. Properties and Management of Soil in the Tropical. Terjemahan Johara, T., Jayadinata. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika ITB. Bandung.

Santoso, B. 1986. Sifat dan Ciri Andisol. Universitas Brawijaya. Fakultas Pertanian. Jurusan Tanah. Malang. Indonesia.

--------------------- 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Satari, A.M. 1986. Pengaruh Vegetasi Alang-alang dan semak Belukar Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah. Fakultas Pertanian Bogor.
Seta, A.K. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta.

Subagjo, 1975, Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Departemen Pertanian. Badan Pengendalian. Bimas LPT. Bogor

Sutedjo, Kartasapoetra, 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.

Wani Hadi Utomo. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia Suatu Rekaman dan Analisa. Universitas Brawijaya. Malang.
Young. A. 1976. Tropical Soil and Soil Survey. Cambridge University Press, London.





































Lampiran 1. Kriteria Sifat-sifat Tanah

Kriteria Struktur Tanah
Kelas Keterangan
1 Granuler Sangat Halus (< 1 mm)
2 Granuler Halus (1 sampai 2 mm)
3 Granuler Sedang-Kasar (2 sampai 10)
4 Massif Kubus Lempeng
Sumber : Wani Hadi Utomo, 1989. Konservasi Tanah dan Air


Kriteria Bahan Organik
Analisis Nilai Kelas
Bahan Organik < 2 Sangat Rendah
2 - 3,9 Rendah
4 - 9,9 Sedang
10 - 20 Tinggi
> 20 Sangat Tinggi
Sumber : Pusat Penelitian bogor (1994)


Tekstur Tanah Kriteria
Pasir Jika mengandung 85% atau lebih dengan persentase debu 1,5% liat tidak lebih dari 15%
Debu Jika mengandung 80% atau lebih debu kuarang dari 12% liat
Liat Kurang dari 45% pasir dan kurang 40% atau lebih debu
Sumber : Pusat Penelitian bogor (1994)



















Lampiran 2. Cara Kerja Metode Pipet

Bahan-bahan :
sampel tanah, H2O2 30% dan 6%, HCl 0,4 N, Aquades, Na-pirophospat 0,0006 N dan Na-Hexa metaphospat.

Alat-alat :
Ayakan 2 mm, tanur pengering, botol timbangan, shaker (mesin pengocok), bejana dispersi, botol kocok, silinder 1000 ml, termometer, cawan porselin, oven pengering, stopwatch, timbangan analitik, pipet, gelas piala 1 dan 2 liter, sumbat karet dan pengaduk.
Cara Kerja :
1. Timbang 10 gr tanah (< 2 mm) dengan timbangan analitik, kemudian masukkan kedalam gelas piala 2 liter.
2. Tambahkan 30 ml H2O2 6% (untuk menghancurkan bahan organik). Lalu tambahkan asam asetat 5 tetes dan biarkan satu malam.
3. Tambahkan H2O2 30% sebanyak 10 ml.
4. Panaskan diatas pemanas air sampai buihnya habis atau sampai semua bahan organik habis (tandanya apabila tidak berbuih lagi).
5. Berikan 45 ml HCl 0,4 lalu kocok dan biarkan satu malam.
6. Tambahkan air sampai kira-kira penuh, biarkan satu malam lagi.
7. Buang airnya dan tambahkan aquades. Ulangi cara ini sampai 3 kali.
8. Tambahkan Na-piirophospat 0,0006 N sebanyak 20 ml.
9. Kocok selama 30 menit dengan pengocok horizontal.
10. Setelah semua butiran tanah mengendap, keluarkan cairan dari gelas piala dengan hati-hati sampai air tersisa 3 cm diatas permukaan endapan.
11. Ulangi pekerjaan No 4 dan 5 sampai 3 kali.
12. Pisahkan fraksi pasir dari debu dan liat dengan menggunakan ayakan 50 µ. Fraksi debu dan liat ditampung dalam gelas piala ukuran 1 liter.
13. Pindahkan fraksi pasir dari ayakan tersebut ke dalam cawan porselin, kemudian keringkan diatas pemanas. Setelah kering lalu ditimbang (x).
14. Kedalam gelas ukur 1 liter yang berisi fraksi debu dan liat, masukkan 50 mI Na-Hexa metaphosphat sebagai peptisator. Tambahkan air sampai tanda tera. Tutup gelas ini dengan sumbat karet, lalu kocok dengan jalan menjungkir balikkan gelas tersebut.
15. Pipet cairan dengan pipet 20 mI dengan kedalaman 15 cm, lalu masukkan ke dalam cawan aluminium.
16. Panaskan di atas pemanas sampai airnya habis, lalu masukkan ke dalam oven pada suhu 1050C selama 3 jam.
17. Timbang sehingga di dapat berat debu dan liat (y)
18. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabe data !
19. Larutan di dalam gelas piala di kocok sampai homogen, dan biarkan selama 3 jam 36 menit dengan suhu 270 C (di dalam bak sedimentasi).
20. Pipet dengan pipet 20 mI pada kedalaman 5 cm, masukkan ke cawan, keringkan dalam oven pada suhu 1050 C.
21. Timbang berat liat (z). dan hitung berat debu, sehingga akhimya di dapatkan persentase pasir, debu dan liat.


Perhitungan
Contoh perhitungan : berat pasir = x
debu + liat = y
liat = z

berat debu = (y - z) x 50 ……...… d
berat liat = (z - 0,0054) x 50 …...1
berat total (T) = x + d + 1
% pasir = x/T x 100%
% debu = d/T x 100%
% liat = 1/T x 100%





















Lampiran 3. Metode Pengabuan Kering / Furnace.

Bahan-Bahan :
Contoh tanah kering angin 20 g (ukuran Ǿ jarak < 2 mm).

Alat-Alat :

Cawan gelas, cepuk porselin, dan tanur pengering.

Cara Kerja :
1. Menyiapkan 10 g contoh tanah kering angin (ukuran 0 jarak < 2 mm), ditempatkan dalam cawan gelas, dan dikering tanurkan pada temperatur 600°C selama 4 jam sehingga beratnya menjadi X g.
2. Menghitung kandungan bahan organik tanah dengan persamaan :

BO (%) = 1,724 (0,458 (10 - X) - 0,40) x 100
10
















Lampiran 4. Cara Kerja Pengukuran Permeabilitas Tanah

Bahan-Bahan :
Contoh tanah utuh dan air.

Alat-Alat :
Permeameter 1 set, Ring sampel, Kran sumber air, Beaker glass 500 dan 1000 ml, panci / wadah, dan alat ukur (meteran).

Cara Kerja :
1. Contoh tanah utuh diambil dari lapang dengan menggunakan ring sampel.
2. Contoh tanah utuh dalam ring direndam dalam air pada panci / wadah setinggi 3 cm dari dasar bak selama 24 jam. Tujuan perendaman adalah untuk mengeluarkan semua udara yang ada dalam pori-pori tanah, sebab permeabilitas ini ditetapkan dalam keadaan jenuh air (saturated phase). Untuk membuat tanah menjadi jenuh diperlukan waktu lebih dari 24 jam.
3. Setelah perendaman selesai, contoh tanah dengan tabungnya dipindahkan ke alat permeameter, kemudian air dari kran dialirkan ke alat tersebut.
4. Pengukuran air yang tertampung, pertama kali dilakukan setelah 8 jam selama satu jam, misalnya jam 9 sampai 10, pengukuran kedua dilakukan esok harinya selama satu jam juga, selanjutnya setiap hari sampai 4 kali pengukuran. Yang diamati pada setiap pengukuran adalah banyaknya volume air yang keluar setelah melalui masa tanah selama 1 jam.
5. Ambil rata-rata dari kelima pengukuran tersebut. Hitung permeabilitas dengan menggunakan rumus berdasarkan Hukum Darcy. Selanjutnya disesuaikan dengan Tabel kriteria permeabilitas tanah.

Q . L . l
K =
t . h . A



Lampiran 5. Cara Kerja Penetapan Struktur Tanah di Lapangan

Alat-Alat :
Timbangan, Ayakan, Kantung plastik, Kertas label, Spidol, Cangkul / skop, Parang / pisau, dan Kaca lup.

Cara Kerja :
1. Ambil sebongkah tanah lembab sebesar ± 10 cm3.
2. Pecah bongkahan tanah tersebut dengan menekan dengan jari. Pecahan bongkahan tanah tersebut terdiri dari agregat atau gabungan agregat.
3. Tentukan bentuk, dan ukuran agregat / struktur tanah tersebut, jika diperlukan gunakan kaca pembesar (lup).
Bentuk struktur :
• g granular (butir)
• cr crurnb (remah)
• pl platy (lempeng)
• b blocky (kubus)
• ab angular blocky (kubus bersudut)
• sb subangular blocky (kubus membulat)
• p primatic (prisma)
• cm columnar (tiang)
• sg single grain (butir tunggal)
• m massive (pejal)

ukuran struktur :
• vf very fine (sangat halus)
• f fine (halus)
• m medium (sedang)
• c coarse (kasar)
• vc very coarse (sangat kasar)

Bentuk struktur Kriteria ukuran Ukuran
Remah dan butir Sangat halus Diameter < 0,1 cm
Halus Diameter 0,1 - 0,2 cm
Sedang Diameter 0,2 - 0,5 cm
Besar / kasar Diameter 0,5 - 1 cm
Sangat besar / kasar Diameter > 1 cm
Lempeng Sangat halus Tebal < 0,1 cm
Halus Tebal 0,1 - 0,2 cm
Sedang Tebal 0,2 - 0,5 cm
Besar / kasar Tebal 0,5 - 1 cm
Sangat besar / kasar Tebal> 1 cm
Gumpal bersudut/membulat Sangat halus Diameter < 0,5 cm
Halus Diameter 0,5 - 1 cm
Sedang Diameter 1 - 2 cm
Besar / kasar Diameter 2 - 5 cm
Prisma dan tiang Sangat halus Diameter < 1 cm
Halus Diameter 1 - 2 cm
Sedang Diameter 2 - 5 cm
Besar / kasar Diameter> 5 cm













Lampiran 6. Cara Kerja Penetapan Berat Volume Tanah (BV)

Bahan-Bahan :
Contoh tanah utuh

Alat-Alat :
Timbangan elektrik, Ring sampel, Cangkul / skop, Pisau tipis dan tajam (cutter), Oven pengering, Eksikator, Aluminium foil, dan Jangka sorong.

Cara Kerja :
1. Contoh tanah utuh yang diambil di lapangan ditimbang (tanah + ring + alas) dengan timbangan elektrik. Kemudian dikurangi dengan berat ring dan aluminium foil, maka akan diperoleh berat tanah lapang.
2. Sampel tanah dimasukkan ke dalam oven dengan pemanasan 1050 C selama dua kali 24 jam atau sampai berat tanah konstan.
3. Sampel tanah dikeluarkan dari oven, ditimbang berat tanah kering + ring + aluminium foil. Kemudian dikurangi dengan berat ring dan aluminium foil, maka akan diperoleh berat tanah kering mutlak.
4. Ukur volume tanah melalui pengukuran volume ring, apabila sampel diambil menggunakan ring sampel. Jika sampel tanah dalam bentuk bongkah alami maka volume tanah diukur dengan menimbang berat bongkah tanah tersebut di dalam air dengan cara dilapisi paraffin sebelumnya untuk menghindari penyerapan.
5. Bobot isi dihitung menggunakan rumus berikut:

Berat tanah kering (gram)
BV (g/cm3) =
Volume tanah (cm3)






Lampiran 7. Cara Kerja Penetapan Berat Jenis Tanah (BJ)

Alat-Alat :
Oven, Timbangan, Gelas Ukur, Gelas piala 100 ml, Batang pengaduk, dan Plate pemanas (piring pemanas).

Cara Kerja :
1. Masukkan 50 ml air ke dalam tabung silinder.
2. Timbang tanah yang sudah dikeringkan dengan oven (bisa digunakan sisa tanah yang dipakai untuk penetapan kerapatan isi) kemudian tanah dihaluskan.
3. Tuangkan perlahan-lahan tanah yang sudah dihaluskan ke dalam gelas piala.
4. Hilangkan gelembung-gelembung udara yang terdapat dengan cara mengaduk dan memanaskan air dalam gelas piala.
5. Biarkan larutan tersebut selarna 5 menit.
6. Catat volume akhir dari campuran air dan tanah tersebut.

Lembaran data :
Volume air yang digunakan (Y) 50 ml
Berat tanah kering oven yang digunakan (X) .... g
Volume campuran tanah dan air (Z) .... mI
Kerapatan jenis tanah ….g/cm3
Volume ring (volume tanah total) ....cm3
Bobot isi .... g/cm3


Berat tanah kering mutlak. X (gr) X
Kerapatan jenis tanah = = g/cm3
Volume tanah kering (gr) Z - Y





Lampiran 8. Cara Kerja Penetapan Kandungan Air Tanah

Alat-Alat :
Oven, Timbangan, Eksikator, Tangkai Capitan, Cawan Alumunium, dan Alumunium Foil.

Cara Kerja :
1. Timbang cawan alumuniun (g) masukkan tanah kering udara seberat 10 g (X) ke dalam cawan.
2. Masukkan ke dalam oven dengan pemanasan 1050C sampai berat tanah konstan atau kira-kira 2 x 24 jam.
3. Tanah dalam cawan dikeluarkan dari oven dan disimpan di dalam eksikator selama ± 15 menit atau sampai cawan dan tanah dingin.
4. Selanjutnya ditimbang, angka / data yang diperoleh di catat (Y). Berat tanah hasil penimbangan ini disebut berat tanah kering mutlak dan dianggap airnya sudah menguap semua.
5. Hitung kadar air tanah kering udara, sebagai berikut:

X - Y (gr)
KA (gravimetri) = x 100%
Y (gr)












Lampiran 9. Cara Kerja Penetapan Agregat Terbentuk

Cara Kerja :
1. Ratakan dan bersihkan pennukaan tanah yang akan diambil dari rerumputan dan sampah-sampah lainnya.
2. Gali tanah sampai kedalaman 30 cm (sesuai dengan kedalaman perakaran tanaman) sehingga membentuk lubang melingkar pada lapisan atas tanah (top soil) sampai kedalaman 30 cm.
3. Tanah dipotong dengan parang atau dengan skop diambil dalam bentuk bongkahan yang dibatasi oleh bidang-bidang belah alami (masih utuh) kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik sebanyak ± 1 kg.
4. Contoh tanah agregat utuh dikering udarakan
5. Timbang agregat tanah utuh sebanyak 500 g
6. Masukkan ke dalam sieve yang telah disusun dengan bukaan 4,7 mm; 2,0 mm; 1,0 mm; 0,5 mm; 0,1 mm.
7. Tempatkan sieve pada refrigator.
8. Hidupkan refrigator dan atur waktu 5 menit untuk pengayakan.
9. Timbang masing-masing tanah yang tersisa dari setiap ukuran sieve.
10. Hasil penimbangan dikonversikan ke dalam satuan % agregat terbentuk, dan dinyatakan sebagai % agregat terbentuk dengan ukuran sesuai dengan masing¬masing Sieve.

Tabel data :
No
Sampel Berat agregat
2,8-4,7 mm Berat agregat
2,8-4,7 mm Berat agregat
2,8-4,7 mm Berat agregat
2,8-4,7 mm
Gram % Gram % Gram % Gram %
1.
2.
dst



Lampiran 10. Daftar Angka Analisi Berat Volume, Kadar Air, Bahan Organik, Dan total Ruang Pori

Laboratorium Fisika dan Mineralogi Tanah
Fakultas Pertanian universitas Jambi
Daftar Angka Analisi Berat Volume, Kadar Air, Bahan Organik, Dan
Total Ruang Pori
Peminta : HELYULITRA. SY

NO Penggunaan Lahan BV KA(%) %BO TRP
1 Hutan 1 (0-30) 0.652522 33.5281 11.7700 63.02156581
2 Hutan 2 (0-30) 0.661377 39.9676 11.9271 69.4013617
3 Hutan 3 (0-30) 0.507133 35.6609 11.9026 75.40516201
4 Hutan 4 (0-30) 0.783423 24.5537 11.8473 63.7816052
5 Kebun teh 1 (0-30) 0.742591 40.1695 10.1173 58.69111108
6 Kebun teh 2 (0-30) 0.774332 20.3360 10.5327 66.17673879
7 Kebun teh 3 (0-30) 0.747877 24.9487 10.0455 58.43028581
8 Kebun the 4 (0-30) 0.770007 25.7006 10.8667 56.80591357
9 Kayu manis 1 (0-30) 0.834855 32.2938 9.9531 53.64334827
10 Kayu manis 2 (0-30) 0.847934 22.7570 9.5938 63.26306356
11 Kayu manis 3 (0-30) 0.874338 19.3402 8.8524 62.36091284
12 Kayu manis 4 (0-30) 0.853685 21.7073 9.1935 52.99429346
13 Kebun campuran 1 (0-30) 0.706665 30.0037 10.9409 60.32607361
14 Kebun campuran 2 (0-30) 0.635903 33.4708 9.3112 72.51665699
15 Kebun campuran 3 (0-30) 0.631781 33.1617 6.9487 66.0520093
16 Kebun campuran 4 (0-30) 0.764994 27.8708 7.8330 58.49956933
Jambi, Juli 2008
A.n. Kepala Lab Fisika & Mineralogi Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Jambi



Ir. Endriani. MP
NIP. 131839518










Lampiran 11. Daftar Angka Analisi Tekstur Tanah

Laboratorium Fisika dan Mineralogi Tanah
Fakultas Pertanian universitas Jambi
Daftar Angka Analisi Tekstur Tanah
Peminta : HELYULITRA. SY

NO NAMA SAMPLE %DEBU %LIAT %PASIR
BD/BTx100% BL/BTx100% (PSH+PK)/BTX100%
1 Hutan 1 (0-30) 36.1147 22.2969 41.5884
2 Hutan 2 (0-30) 36.0293 22.2754 41.6953
3 Hutan 3 (0-30) 42.6464 22.1057 35.2479
4 Hutan 4 (0-30) 39.8434 22.1352 38.0215
5 Kebun teh 1 (0-30) 25.3597 9.5746 65.0657
6 Kebun teh 2 (0-30) 39.4909 6.9569 53.5521
7 Kebun teh 3 (0-30) 41.2565 7.1484 51.5951
8 Kebun the 4 (0-30) 12.6419 21.8361 65.5220
9 Kayu manis 1 (0-30) 40.9836 9.1517 49.8647
10 Kayu manis 2 (0-30) 43.1064 14.0267 42.8669
11 Kayu manis 3 (0-30) 42.2907 10.0877 47.6216
12 Kayu manis 4 (0-30) 41.7493 6.6138 51.6369
13 Kebun campuran 1 (0-30) 31.9178 11.6311 56.4512
14 Kebun campuran 2 (0-30) 32.6950 7.9402 59.3648
15 Kebun campuran 3 (0-30) 44.5788 12.6392 42.7820
16 Kebun campuran 4 (0-30) 43.0015 10.3279 46.6707
Jambi, Juli 2008
A.n. Kepala Lab Fisika & Mineralogi Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Jambi



Ir. Endriani. MP
NIP. 131839518








Lampiran 12. Daftar Angka Analisi Kemantapan Agregat Tanah

Laboratorium Fisika dan Mineralogi Tanah
Fakultas Pertanian universitas Jambi
Daftar Angka Analisi Kemantapan Agregat Tanah
Peminta : HELYULITRA. SY

NO NAMA SAMPEL Kemantapan Agregat

1 Hutan 1 (0-30) 91.16354
2 Hutan 2 (0-30) 92.98728
3 Hutan 3 (0-30) 86.53892
4 Hutan 4 (0-30) 94.10771
5 Kebun teh 1 (0-30) 93.28495
6 Kebun teh 2 (0-30) 92.08187
7 Kebun teh 3 (0-30) 68.44177
8 Kebun the 4 (0-30) 74.34094
9 Kayu manis 1 (0-30) 70.61120
10 Kayu manis 2 (0-30) 91.31145
11 Kayu manis 3 (0-30) 73.37837
12 Kayu manis 4 (0-30) 57.20845
13 Kebun campuran 1 (0-30) 58.63673
14 Kebun campuran 2 (0-30) 65.82393
15 Kebun campuran 3 (0-30) 62.59526
16 Kebun campuran 4 (0-30) 67.25616
Jambi, Juli 2008
A.n. Kepala Lab Fisika & Mineralogi Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Jambi



Ir. Endriani. MP
NIP. 131839518









Lampiran 13. Daftar Angka Analisi Permeabilitas Tanah

Laboratorium Fisika dan Mineralogi Tanah
Fakultas Pertanian universitas Jambi
Daftar Angka Analisi Permeabilitas Tanah
Peminta : HELYULITRA. SY

NO NAMA SAMPLE Permeabilitas
KRITERIA

1 Hutan 1 (0-30) 12.35669 sedang
2 Hutan 2 (0-30) 14.80704 agak cepat
3 Hutan 3 (0-30) 14.95317 agak cepat
4 Hutan 4 (0-30) 13.06688 agak cepat
5 Kebun teh 1 (0-30) 10.38535 sedang
6 Kebun teh 2 (0-30) 11.10403 sedang
7 Kebun teh 3 (0-30) 10.77932 sedang
8 Kebun the 4 (0-30) 9.631989 sedang
9 Kayu manis 1 (0-30) 5.626327 agak lambat
10 Kayu manis 2 (0-30) 5.571375 agak lambat
11 Kayu manis 3 (0-30) 5.725779 agak lambat
12 Kayu manis 4 (0-30) 6.312102 agak lambat
13 Kebun campuran 1 (0-30) 14.90844 agak cepat
14 Kebun campuran 2 (0-30) 11.2707 sedang
15 Kebun campuran 3 (0-30) 13.35987 agak cepat
16 Kebun campuran 4 (0-30) 12.67181 sedang
Jambi, Juli 2008
A.n. Kepala Lab Fisika & Mineralogi Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Jambi



Ir. Endriani. MP
NIP. 131839518









Lampiran 14. Hasil Pengamatan Struktur Andisol Pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis dan Kebun campuran.

No Penggunaan Lahan Struktur Tanah
0 – 30 cm 30 – 60 cm
1 Hutan Remah Halus Gumpal Membulat Sangat Halus
2 Kebun teh Remah Halus Gumpal Membulat Sedang
3 Kayu manis Remah Halus Gumpal Membulat Sedang
4 Kebun campuran Remah Halus Remah Sedang







































Lampran 15. Nilai Rata-Rata dan hasil Uji t- Tidak Berpasangan Kadar Bahan Organik Andisol Pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun Teh, Kayu manis dan Kebun campuran dengan Kedalaman 0-30 cm.
No Hutan Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
1 11,7700 10,1173 9,9531 10,9409
2 11,9271 10,5327 9,5938 9,3112
3 11,9026 10,0455 8,8524 6,9487
4 11,8473 10,8667 9,1935 7,8330
∑ (H…KC) 47,4470 41,5622 37,5928 35,0338
∑ (H2…KC2) 562,8190 432,2948 353,9906 316,0421
∑ (h2…kc2) 0,0146 0,4407 0,6860 9,2003
Ý (H…KC) 11,8618 10,3906 9,3982 8,7585

Contoh Perhitungan Uji t- tidak berpasangan pada penggunaan lahan hutan, kebun teh, kayu manis dan kebun campuran.
 H2 = (11,7700)2 + (11,9271)2 + (11,9026)2 + (11,8473)2 = 562,8190
 KT2 = (10,1173)2 + (10,5327)2 + (10,0455)2 + (10,8667)2 = 423,2948
 KM2 = (9,9531)2 + (9,5938)2 + (8,8524)2 + (9,1935)2 = 353,9906
 KC2 = (10,9409)2 + (9,3112)2 + (6,9487)2 + (7,8330)2 = 316,0421

 h2 =  H2 – ( H)2 /n1
= 562,8190 – (47,4470)2/4
= 0,0146
 kt2 =  KT2 – ( KT)2 /n2
= 432,2948 – (41,5622)2/4
= 0,4407
 km2 =  KT2 – ( KT)2 /n3
= 353,9906 – (37,5928)2/4
= 0,6860
 kc2 =  KC2 – ( KC)2 /n4
= 316,0421 – (35,0338)2/4
= 9,2003
S gab = (h2) + (kt2) + (km2) + (kc2)
(n1-1) + (n2-1) + (n3-1) + (n4-1)
= 0,0146 + 0,4407 + 0,6860 + 9,2003
(4 – 1) + (4 – 1) + (4 – 1) + (4 – 1)
= 0,8618

S Ý gab =
=
= 0,9283

t- hitung H dengan KT =
= 1,5848
db = 12
t-tabel 5 % = 2,174
t-tabel 1 % = 3,005


Jika t-hitung < t-tabel 5 % = tidak nyata (tn)
t-hitung > t-tabel 5 % = beda nyata (*)

Rangkuman Keragaman Gabungan dan Hasil Uji t- Tidak Berpasangan Terhadap Kadar Bahan Organik Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran kedalaman 0-30 cm.
Penggunaan Lahan
S2 gab
S Ý gab
Rata-rata
t- hitung
Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
Hutan 0,8618 0,9283 11,8618 1,584 tn 2,6539* 3,3430*
kebun the 0,8618 0,9283 10,3906 -------- 1,0691 tn 1,7582 tn
Kayu manis 0,8618 0,9283 9,3982 -------- --------- 0,6891 tn
Kebun campuran 0,8618 0,9283 8,7585 -------- --------- --------

Lampiran 16. Nilai Rata-Rata dan Hasil Uji t- Tidak Berpasangan Berat Volume Andisol Pada Penggunaan lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran kedalaman 0-30 cm.
No Hutan Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
1 0,6525 0,7425 0,8348 0,7066
2 0,6613 0,7743 0,8479 0,6359
3 0,5071 0,7478 0,8743 0,6317
4 0,7834 0,7000 0,8536 0,7649
∑ (H…KC) 2,6043 2,9646 3,4106 2,7391
∑ (H2…KC2) 1,7339 2,2001 2,9089 1,8878
∑ (h2…kc2) 0,0383 0,0028 0,0008 0,0121
Ý (H…KC) 0,6511 0,7412 0,8527 0,6848

Rangkuman Keragaman Gabungan dan Hasil Uji t- Tidak Berpasangan Terhadap Berat Volume Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran kedalaman 0-30 cm.
Penggunaan Lahan
S2 gab
S Ý gab
Rata-rata
t- hitung
Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
Hutan 0,0045 0,0670 0,6511 1,3448 tn 3,0090* 0,5030 tn
kebun the 0,0045 0,0670 0,7412 -------- 1,6642 tn 0,8418 tn
Kayu manis 0,0045 0,0670 0,8527 -------- -------- 2,5060 tn
Kebun campuran 0,0045 0,0670 0,6848 -------- -------- --------


Lampiran 17. Nilai Rata-Rata dan Hasil Uji t-tidak Berpasangan Total Ruang Pori Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan,Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran Kedalaman 0-30 cm.
No Hutan Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
1 63,0215 58,6911 53,6433 60,3260
2 69,4013 66,1767 63,2630 72,5166
3 75,4051 58,4302 62,3609 66,0520
4 63,7816 56,8059 52,9942 58,4995
∑ (H…KC) 271,6095 240,1039 232,2614 257,3941
∑ (H2…KC2) 18542,2715 14464,9994 13577,0779 16682,9418
∑ (h2…kc2) 99,3414 52,5287 90,7384 120,0111
Ý (H…KC) 67,9024 60,0260 58,0654 64,3485
Rangkuman Keragaman Gabungan dan Hasil Uji t-Tidak Berpasangan Terhadap Total Ruang Pori Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran kedalaman 0-30 cm.
Penggunaan Lahan
S2 gab
S Ý gab
Rata-rata
t- hitung
Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
Hutan 30,2183 5,4971 67,9024 1,4328 tn 1,7895 tn 0,6465 tn
kebun teh 30,2183 5,4971 60,0260 --------- 0,3567 tn 0,7863 tn
Kayu manis 30,2183 5,4971 58,0654 --------- --------- 1,1430 tn
Kebun campuran 30,2183 5,4971 64,3485 --------- --------- ----------

Lampiran 18. Nilai Rata-Rata dan Hasil Uji t-tidak Berpasangan Permeabilitas Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan,Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran Kedalaman 0-30 cm.
No Hutan Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
1 12,3566 10,3853 5,6263 14,9084
2 14,8070 11,1040 5,5713 11,2707
3 14,9531 10,7793 5,7257 13,3598
4 13,0668 9,6319 6,3121 12,6397
∑ (H…KC) 55,1835 41,9005 23,2354 52,1786
∑ (H2…KC2) 766,2693 440,1201 135,3209 687,5353
∑ (h2…kc2) 4,9646 1,2071 0,3499 6,8838
Ý (H…KC) 13,7959 10,4751 5,8089 13,0447

Rangkuman Keragaman Gabungan dan Hasil Uji t-Tidak Berpasangan Terhadap Permeabilitas Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran kedalaman 0-30 cm.
Penggunaan Lahan
S2 gab
S Ý gab
Rata-rata
t- hitung
Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
Hutan 1,1171 1,0569 13,7959 3,1420* 7,5570* 0,7108 tn
kebun teh 1,1171 1,0569 10,4751 --------- 4,4150 2,4313*
Kayu manis 1,1171 1,0569 5,8089 --------- ---------- 6,8462*
Kebun campuran 1,1171 1,0569 13,0447 --------- ---------- ----------

Lampiran 19. Nilai Rata-Rata dan Hasil Uji t- Tidak Berpasangan Kadar Air Lapang Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan,Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran Kedalaman 0-30 cm.
No Hutan Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
1 33,5281 40,1695 32,2938 30,0037
2 39,9676 20,3360 22,7570 33,4708
3 35,6609 24,9487 19,3402 33,1617
4 24,5537 25,7006 21,7073 27,8708
S (H…KC) 133,7103 111,1548 96,0983 124,5070
S (H2…KC2) 4596,1265 3310,1001 2406,0208 3896,9963
S (h2…kc2) 126,5154 221,2527 97,3000 21,4980
Ý (H…KC) 33,4276 27,7887 24,0246 31,1268




Rangkuman Keragaman Gabungan dan Hasil Uji t- Tidak Berpasangan Kadar Air Lapang Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran Kedalaman 0-30 cm.
Penggunaan Lahan S2 gab S Ý gab Rata-rata t-Hitung
Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
Hutan 38,8805 6,2354 33,4276 0,9043 tn 1,5080 tn 0,3690 tn
kebun teh 38,8805 6,2354 27,7887 --------- 0,6037 tn 0,5353 tn
Kayu manis 38,8805 6,2354 24,0246 --------- ---------- 1,1390 tn
Kebun campuran 38,8805 6,2354 31,1268 --------- --------- ----------


Lampiran 20. Nilai Rata-Rata dan Hasil Uji t-tidak Berpasangan Kemantapan Agregat Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan,Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran Kedalaman 0-30 cm.
No Hutan Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
1 91,1635 93,2849 70,6112 58,6367
2 92,9872 92,0818 91,3114 65,8239
3 86,5389 68,4417 73,3783 62,5952
4 94,1077 74,3409 57,2084 67,2561
∑ (H…KC) 364,7973 328,1493 292,5093 254,3119
∑ (H2…KC2) 33302,6435 27391,9662 21980,8893 16212,5904
∑ (h2…kc2) 33,3760 471,4754 590,4666 43,9548
Ý (H…KC) 91,1993 82,0373 73,1273 63,5780

Rangkuman Keragaman Gabungan dan Hasil Uji t-Tidak Berpasangan Terhadap Kemantapan Agregat Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran kedalaman 0-30 cm.
Penggunaan Lahan
S2 gab
S Ý gab
Rata-rata
t- hitung
Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
Hutan 94,9394 9,7436 91,1993 0,9403 tn 1,8548 tn 2,8348*
kebun teh 94,9394 9,7436 82,0373 --------- 0,9144 tn 1,8945 tn
Kayu manis 94,9394 9,7436 73,1273 --------- --------- 0,9801 tn
Kebun campuran 94,9394 9,7436 63,5780 ---------- --------- ----------

Lampiran 21. Nilai Rata-Rata dan Hasil Uji t-tidak Berpasangan Fraksi Pasir Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan,Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran Kedalaman 0-30 cm.
No Hutan Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
1 41,5884 65,0657 49,8687 56,4512
2 41,6953 53,5521 42,8669 59,3648
3 35,2479 51,5951 47,6216 42,7820
4 38,0215 65,5220 51,6369 46,6707
∑ (H…KC) 156,5531 235,7349 191,9941 205,2687
∑ (H2…KC2) 6156,1420 14056,5596 9258,6446 10719,3712
∑ (h2…kc2) 28,9237 163,8238 43,2110 185,5614
Ý (H…KC) 39,1383 58,9337 47,9985 51,3172

Rangkuman Keragaman Gabungan dan Hasil Uji t-Tidak Berpasangan Terhadap Fraksi Pasir Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran kedalaman 0-30 cm.
Penggunaan Lahan
S2 gab
S Ý gab
Rata-rata
t- hitung
Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
Hutan 35,1267 5,9267 39,1383 3,3400* 1,4950 tn 2,0549 tn
kebun teh 35,1267 5,9267 58,9337 --------- 1,8451 tn 1,2851 tn
Kayu manis 35,1267 5,9267 47,9985 --------- ---------- 0,5600 tn
Kebun campuran 35,1267 5,9267 51,3172 --------- ---------- -----------


Lampiran 22. Nilai Rata-Rata dan Hasil Uji t-tidak Berpasangan Fraksi Debu Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan,Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran Kedalaman 0-30 cm.
No Hutan Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
1 36,1147 25,3597 40,9836 31,9178
2 36,0293 39,4909 43,1064 32,6950
3 42,6464 41,2565 42,2907 44,5788
4 39,8434 12,6419 41,7493 43,0015
∑ (H…KC) 154,6338 118,7490 168,1300 152,1931
∑ (H2…KC2) 6008,5940 4064,5620 7069,3245 5924,1074
∑ (h2…kc2) 30,6909 539,2307 2,4003 133,4225
Ý (H…KC) 38,6585 29,6873 42,0325 38,0483

Rangkuman Keragaman Gabungan dan Hasil Uji t-Tidak Berpasangan Terhadap Fraksi Debu Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran kedalaman 0-30 cm.
Penggunaan Lahan
S2 gab
S Ý gab
Rata-rata
t- hitung
Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
Hutan 58,8120 7,6688 38,6585 1,1698tn 0,4400 tn 0,0796 tn
kebun teh 58,8120 7,6688 29,6873 ---------- 1,6098 tn 1,0903 tn
Kayu manis 58,8120 7,6688 42,0325 ---------- ----------- 0,5195 tn
Kebun campuran 58,2180 7,6688 38,0483 ---------- ----------- -----------


Lampiran 23. Nilai Rata-Rata dan Hasil Uji t-tidak Berpasangan Fraksi Liat Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan,Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran Kedalaman 0-30 cm,
No Hutan Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
1 22,2969 9,5746 9,1517 11,6311
2 22,2754 6,9569 14,0267 7,9402
3 22,1057 7,1484 10,0877 12,6392
4 22,1352 21,8361 6,6138 10,3279
∑ (H…KC) 88,8132 45,5160 39,8799 42,5384
∑ (H2…KC2) 1971,9742 667,9863 426,0060 464,7442
∑ (h2…kc2) 0,0281 150,0597 28,4044 12,3653
Ý (H…KC) 22,2033 11,3790 9,9700 10,6346

Rangkuman Keragaman Gabungan dan Hasil Uji t-Tidak Berpasangan Terhadap Fraksi Liat Andisol pada Penggunaan Lahan Hutan, Kebun teh, Kayu manis, dan Kebun campuran kedalaman 0-30 cm.
Penggunaan Lahan
S2 gab
S Ý gab
Rata-rata
t- hitung
Kebun teh Kayu manis Kebun campuran
Hutan 15,9048 3,9880 22,2033 2,7142* 3,0675* 2,9009*
kebun teh 15,9048 3,9880 11,3790 --------- 0,3533 tn 0,1867 tn
Kayu manis 15,9048 3,9880 9,9700 --------- ----------- 0,1666 tn
Kebun campuran 15,9048 3,9880 10,6346 -------- ----------- ----------





























Lampiran 24. Deskripsi Profil Tanah Desa Kebun Baru Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci

Jenis tanah : Andisol
Lokasi : Desa Kebun Baru Kecamatan Kayu Aro
Topografi : Berbukit
Kelerengan : 15 %
Penggunaan lahan : Kebun Campuran

Kedalaman
(cm) Uraian
0-34 Hitam (10 YR 2/1)Lempung remah kuat gembur (lembab)
perakaran halus banyak. kasar sedang; pori mikro banyak, makro banyak batas horizon jelas, bergelombang.
34-49 Coklat Gelap (7,5 YR 3/2); Lempung Berpasir; Gumpal membulat; kuat; gembur (lembab); perakaran halus sedang,
kasar sedang; pori mikro banyak. makro banyak; batas horizon jelas; bergelombang
49-72 (2,5 YR); Bahan induk; batas horizon jelas; bergelombang
72-102 Coklat (7,5 YR 4/4); Lempung; gumpal membulat; kuat; teguh (lembab); pori mikro banyak; makro sedang; batas horizon rata
102-117 Coklat (10 YR 4/3); lempung berpasir; gumpal membulat; kuat; teguh (lembab; pori mikro banyak; makro sedang; batas horizon ielas; bergelombang
117-128 Coklat gelap kekuningan (10 YR 3/4); lempung berdebu;
gumpal membulat; kuat; batas horizon jelas; bergelombang
128-150 (2,5 YR); bahan induk; batas horizon jelas; rata

Tidak ada komentar: